Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

Rainissa dan Awan (Kisah Cinta Hujan terhadap Awan)

 Oleh. Siti Aulia Masropah “...Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat diucapkan awan kepada hujan yang menjadikan tiada ” Sapardi Djoko Damono Masih sangat aku ingat, hari itu hujan turun dengan rintik-rintik, setelah sebelumnya ia turun dengan lebat. Aku duduk sendiri di halte bus, entah menunggu apa? Entah menunggu siapa? Tetapi seingatku saat itu aku tidak sedang dalam keadaan sedih ataupun terpuruk. Aku hanya ingin duduk di sini, di halte ini. Oh ya namaku Rainissa, usiaku dua puluh tahun, dan aku sedang duduk di semester 3 di salah satu universitas terkemuka di kotaku. Waktu berlalu seolah merangkak, aku berada di sini sejak pukul 3 sore dan sekarang baru pukul 3 lewat 15 menit. Jalanan setelah hujan begini sangatlah sepi hampir menandingi kesepian dalam lubuk jiwaku. Punggungku pegal, lalu aku berdiri hanya sekedar untuk merenggangkan badanku. “Buk!!!” suara tumbukan itu sangat keras, ada sesuatu atau seseorang yang menubruk dirik

ANTARA PHP ATAU KASIH TAK SAMPAI

Oleh. Siti Aulia Tetaplah menjadi bintang di langit Agar cinta kita akan abadi Biarlah sinarmu tetap menyinari alam ini Agar menjadi saksi kisah kita berdua . Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu , Meski kau tak akan pernah tahu ” pupus (kasih tak sampai) Vidi Aldiano Bertahun-tahun sudah aku mengenalmu, tidak sengaja memang. Yang aku ingat saat itu aku baru duduk di kelas sebelas sebuah madrasyah Aliyah di kota Cianjur. Kesukaanku mengikuti acara dan organisasi yang berbau alam mengantarkanku untuk mengenal dirimu, saat itu aku menjadi salah satu panitia pelaksana acara hari ulang tahun pramuka yang ke- 49. Aku hanya menjadi panitia lapangan biasa, sedangkan kamu adalah seorang ketua dari dewan pengurus kwantir ranting pramuka sekecamatan. Tak harapku sedikitpun untuk mengenalmu, apalagi untuk dekat dan menyimpan perasaan seperti ini sampai bertahun-tahun. “oh kamu Bunga” Katamu suatu hari saat acara berlangsung. Sekali lagi aku menegaskan, awalnya tak