ANTARA PHP ATAU KASIH TAK SAMPAI
Oleh. Siti Aulia
Tetaplah menjadi bintang di langit Agar cinta kita
akan abadi Biarlah sinarmu tetap menyinari alam ini Agar menjadi saksi kisah kita berdua. Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu, Meski kau tak akan pernah tahu” pupus
(kasih tak sampai) Vidi Aldiano
Bertahun-tahun
sudah aku mengenalmu, tidak sengaja memang. Yang aku ingat saat itu aku baru
duduk di kelas sebelas sebuah madrasyah Aliyah di kota Cianjur. Kesukaanku
mengikuti acara dan organisasi yang berbau alam mengantarkanku untuk mengenal
dirimu, saat itu aku menjadi salah satu panitia pelaksana acara hari ulang
tahun pramuka yang ke- 49. Aku hanya menjadi panitia lapangan biasa, sedangkan
kamu adalah seorang ketua dari dewan pengurus kwantir ranting pramuka
sekecamatan. Tak harapku sedikitpun untuk mengenalmu, apalagi untuk dekat dan
menyimpan perasaan seperti ini sampai bertahun-tahun.
“oh kamu Bunga”
Katamu suatu hari saat acara berlangsung.
Sekali lagi aku
menegaskan, awalnya tak pernah sedikitpun aku berharap padamu. Tapi ternyata
waktu berkata lain. Seiring berjalannya waktu kamu mulai meninggalkan kesan
pada diriku.
Beberapa saat
setelah acara tersebut, DKR pramuka kecamatan mengadakan pengrekrutan untuk
menjadi dewan pengurus baru. Aku menjadi salah satu orang yang ditunjuk oleh
angkatan pramuka disekolahku untuk menjadi pendaftar. Saat inilah aku menjadi
sering berjumpa denganmu. Aku menjadi tahu beberapa hal tentang dirimu.
Namamu Arjuna, nama
yang bagus dan cocok menurutku. Meski kau tak segagah Arjuna yang digambarkan dalam kisah mahabrata, tapi kau memiliki pesonanya yang mampu mengikat para
perempuan untuk tertarik padamu. Salah satunya adalah aku.
“Bunga, aku akan
pergi” Katamu secara tiba-tiba kepadaku suatu hari
“Hah, Pergi kemana
kak?” Tanyaku sedikit kaget, baru saja aku mampu dekat dan merasakan getaran
aneh padanya, dia bilang dia akan pergi
“Ke kalimantan”
katanya lagi
“ Loh, mau ngapain
kak ke sana?” tanyaku lagi
“ Aku mau nyari
jodoh” katanya lagi dengan sedikit tertawa
“Nyari jodoh?” aku
pun ikut tertawa “ Ngapain jauh-jauh kak, kan di sini juga banyak. Emangnya di
cianjur sini sudah kehabisan perempuan apa?” kataku lagi
“ Iya sih, tapi
siapa ya?”
“Ya siapa saja,
banyakkan perempuan yang tertarik pada kakak, secara kak arjuna orang
terpandang di dewan kerja” kataku jujur
“ Oh ya? Kalau
bunga mau gak jadi jodoh kakak?” katanya seraya melihat mukaku
“Hah... apa kak?
Ada-ada saja kakak ini” Jawabku tersipu malu
Ka arjuna tidak
berbicara lagi, dia meninggalkanku sambil tertawa. Mungkin lucu melihat sikap
salah tingkahku atau entahlah. Dia meninggalkanku dalam keadaan bingung,
benarkah apa yang dia katakan. Benarkah dia ingin aku jadi jodohnya? Benarkah
dia akan pergi ke kalimantan? Ah pusing juga aku memikirkan itu semua.
Waktu terus
berjalan, sudah dua bulan aku bergabung menjadi anggota di dewan pengurus ini.
Hampir setiap minggu aku bertemu dan mengobrol dengan kak Arjuna sampai
akhirnya aku tahu ternyata dia merupakan salah satu seniorku, dia adalah Alumni
dari sekolah yang sama denganku dan anak pramuka pula. Malu banget saat
mengetahui hal itu.
“Masa kamu tidak
mengenal senior kamu sendiri sih bunga?” katanyawaktu itu
Aku tidak mampu
menjawab apa-apa, hanya menunduk dan menyembunyikan rasa malu darinya. Semakin
hari, semakin sering aku bertemu dengannya, tidak hanya dalam forum resmi dewan
kerja tapi terkadang bertemu secara pribadi pula. Terkadang dia mengajakku
menemaninya makan siang setelah dia selesai bekerja di unit kehutanan kota
bogor. Dan semakin hari, perasaan yang awalnya hanya terpesona berubah menjadi
harapan ingin memiliki.
Kak Arjuna adalah
pribadi yang sangat baik, dia juga perhatian pada semua orang terlebih padaku,
setidaknya seperti itulah perasaanku. Aku mulai mencintainya, namun aku tak
mampu mengungkapkannya. Dia tetap baik dan perhatian padaku tapi dia tak pernah
mengatakan sesuatu tentang perasaannya padaku.
“Bunga kamu lagi ngapain” bunyi SMS nya
suatu hari
“Lagi diem aja
kak, kenapa?” balasku
“Ke puncak yuk” balasnya
lagi, hah dia mengajakku ke puncak. Apa mungkin dia akan mengatakan sesuatu
tentang perasaannya di sana. Ah belum juga apa-apa aku telah berbunga-bunga
setidaknya itulah harapanku.
“Hmm,, ayo kak” jawabku singkat, saking
senengnya aku bingung harus membalas apa lagi.
“ Ya sudah Lima
belas menit lagi aku nyampe rumah kamu ya” balasnya lagi, aku
segera bersiap-siap setelah itu. Beberapa saat kemudian suara klakson memanggil-manggil dari luar gerbang
rumahku, aku yakin itu ka Juna (begitulah aku memanggilnya) telah sampai. Aku
bergegas keluar menemuinya dan kami segera berangkat.
Kami sampai di puncak saat senja, memang
karena kami berangkat terlalu sore. Indah sekali menatap senja di tempat tinggi
seperti puncak ini.
“Suasananya bagus ya bunga” kata ka Juna saat kami duduk berdua di atas motor di pinggir jalan
menghadap perkebunan teh yang luas dan Kota Bogor di bawahnya.
“ Iya kak, indah
banget” apalagi aku disini bareng kakak terusku dalam hati.
“oh yah, nanti kalau
lampu-lampu di sana sudah menyala” katanya sambil menunjuk hamparab Kota Bogor di bawah kebun teh “ kita akan melihat pemandangan yang lebih indah dari ini”
katanya lagi
Benar saja,
saat langit mulai gelap, Kota Bogor bermandikan cahaya kelap kelip yang sangat
indah. Suasana semakin syahdu saat kak Juna merangkul pundakku dengan sebelah
tangannya. Kami berbicara banyak hal di sini, tapi tidak sedikitpn kak juna
menyinggung apa yang aku harapkan sebelumnya.
Malam mulai larut,
dan aku rasa aku mulai kedinginan. Ka Juna sadar an segera mengajakku untuk
pulang. Perjalan pulang dari puncak membuatku lebih kedinginan, apalagi kami
menggunakan kendaraan bermotor. Di tengah perjalanan ka juna menarik tanganku
yang kusimpan di samping pinggangnya dan mendekapnya dengan sebelah tangan di
depan dadanya.
“Biar gak terlalu
dingin” katanya
Aku tidak menjawab
dan aku sandarkan kepalaku dipunggungnya, aku benar-benar kedinginan saat itu.
Sesampainya di rumah kak Juma mengantarku sampai depan pintu.
“Maafkan aku bunga,
aku telah mengantarkanmu pulang dalam kedaan seperti ini, dan maafkan aku telah
membawa pulang terlalu malam sehingga kau kedinginan seperti ini” katanya lirih
“tidak apa-apa kak,
makasih sudah mengantarku pulang” kataku lemas
Setelah kejadian
itu, kak juna menjadi lebih jarang mengajakku bertemu secara pribadi. Mungkin
dia mulai sibuk dengan pekerjaannya atau dengan hal lain. Sesekali Aku SMS dia dan
jarang mendapatkan balasan.
Suatu hari aku
berjalan-jalan dengan sahabatku di acara car
Free Day di kotaku aku melihat kak Juna, senang sekali aku ingin
menghampirinya. Namun saat aku baru beberapa langkah mendekat padanya tiba-tiba
ada seorang perempuan yang menggandeng tangan kak Juna mesra sekali. Aku
bertanya-tanya siapa perempuan itu, adiknyakah, saudaranyakah, atau mungkin
pacarnya. Tapi kalau ada ikatan saudara kenapa mereka semesra itu, bagaikan
sepasang kekasih. Memikirkannya membuat aku merasa pening, sehingga aku segera
mengajak sahabatku untuk pulang dan meninggalkan tempat itu.
Sesampainya di rumah
aku hanya mampu menangis dan menangis. Tuhan hatiku begitu terluka.
***
Setelah tiga jam
menempuh perjalan dari jatinangor menuju cianjur, akhirnya aku sampai pula di
terminal. Aku segera turun meninggalkan bus, saat aku melangkah melewati salah
satu kursi tempat menunggu bus, aku melihat sebuah catatan harian tergelatak di
sana. Entah ada kekuatan apa aku tergerak untuk mengambil buku harian tersebut.
Saat aku membuka halaman terakhir aku menemukan sebuah catatan:
“Mungkin kita memang di takdirkan untuk tak saling memiliki, atau lebih
tepatnya aku tidak di takdirkan untuk memilikimu. Entah apa maksud semua
perhatianmu padaku, yang membuat aku meleleh dan jatuh cinta. Entah itu hanya
sebuah harapan palsu, atau memang aku yang terlalu perasa dan sensitif. Dan
mungkin kini saatnya aku meninggalkan semua tentangmu dengan aku
tinggalkan kota ini, dan aku harus melupakan sebuah kasih yang tak pernah
sampai ini.”
“seandainya kita saling mencintai, maka aku berharap Tetaplah kau menjadi
bintang di langit Agar cinta kita akan abadi Biarlah sinarmu tetap menyinari
alam ini Agar menjadi saksi kisah kita berdua. Dan kalau pun tidak kamu harus tahu Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu, Meski
kau tak akan pernah tahu”
Cianjur, 02
agustus 2013
Setelah aku membaca
bagian tersebut, aku memutar pandanganku ke sekeliling mencari seseorang yang
mungkin pemilik buku ini. sampai akhirnya pandanganku terjatuh pada seseorang
yang tengah duduk termenung dekat jendela. Pandangan menghadap ke jalan raya
tapi tatapnnya kosong seolah memikirkan sesuatu entah apa.
Komentar
Posting Komentar