Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2015

Permen Karet Vs Permen Relaxa

Permen karet itu enak, manis, dan bisa dimainin di mulut. Trus katanya bisa nguatin kalau lagi lari (Lari dari kenyataan). Tapi sayangnya, manisnya itu gak bertahan lama. Dikunyah, beberapa saat kemudian Manisnya ilang, tinggal ampasnya yang bikin sakit gigi lalu tinggal dibuang deh. Begitupun pacara. Pacaran itu kayak makan permen karet. Manis sih, tapi gak bertahan lama. Cuman bentar, beberapa saat kemudian berubah menjadi hambar. Tinggal ampas, lalu dibuang tak berbekas. Makanya, aku gak mau punya status kayak gitu sama kamu. Soalnya aku takut manisnya kebersamaan kita akan cepat hambar kayak permen karet. Katamu... Permen karet itu enak ya manis, tapi aku gak suka permen karet. Mending permen relaxa aja, selain habis langsung tanpa dibuang, dia juga bisa bikin relax dan tenang, aku tidak akan seperti permen karet,manis diawal tpi diakhir manisnya hilang,, Insya Alloh. Begitu... seandainya semua pria di dunia ini menyadari, kalau laki-laki yang dapat dipegang adalah perkat

Aku dan Kalian yang disebut "Generasi Searching"

Gambar
Sahabat... benarkah apa yang kita jalani adalah persahabatan? Setiap detik dalam kebersamaan kita selalu terselip caci dan maki. kalian, Ia kalian tak pernah bosan mencaci satu sama lain. Tapi, apakah ada yang terluka? Tidak!!! Kita tetap bersama seperti sediakala. Kita tetap tertawa dan saling mentertawakan. Kadangkala aku berada dipihak yang paling dicaci, namun bukanlah hal yang bijak jika aku merasa sakit oleh kalian. Karena, jika salah satu diantara kalian berganti posisi denganku. AKu akan lebih parah dari apa yang kalian lakukan. Sahabat... Mungkin memang inilah arti persahabatan yang kita miliki, yang kita jalani. Pernahkan kalian tak merasa sangat rindu saat lama tak berjumpa? atau Pernahkan kalian merasa bosan saat terus-terusan kita bersama? Jika aku yang menjawab, tidak pernah. Aku selalu saja merasa Rindu. Bahkan jika kita tak bertemu hanya dalam hitungan hari sekalipun dan aku tak pernah merasa bosan, meskipun bersama dengan kalian dalam hitungan hari tanpa berpisah.

Katamu, Sudut pandangmu, Sudut Pandangku

Katamu... Tidak salah jika jatuh cinta pada sosok yang tidak mencintai kita. Namun, kenapa saat merasa tidak ditanggapi maka ada luka yang berbekas. Katamu... Aku seperti merpati, yang seolah-olah jinak dan mudah ditangkap. Namun saat kau mendekat, aku terbang menjauh dan hinggap di tempat yang lain. Katamu... Aku hanyalah seorang gadis licik, yang menebar pesona kesemua manusia,namun mengabaikan ia yang tertarik dan memujaku. Katamu... Aku hanyalah penipu cerdik, yang seolah-olah membiarkanmu masuk kedalam hatiku. Namun, pada kenyataannya aku tak sedikitpun menaruh hati padamu. Aku tahu,mungkin hal ini akan terlihat salah jika dilihat dari sudut pandangmu. Namun,apakah semua ini juga menjadi salahku, jika dilihat dari sudut pandangku? Aku tak prnah berniat membuat sesorang sebegitu terpesonanya padaku, sama halnya dengan aku yang terpesona pada orang lain. Aku tak dapat mencegah mereka mengagumiku, seperti halnya aku yang mengagumi orang lain. Maafkan aku jika aku memang s

Cinta Arus Pendek

Lagi-lagi aku hanya menulis tentang cinta. Tapi tak apa, yang penting aku mulai menulis sesuai dengan kemauanku sendiri. Aku ingin bercerita tentang sebuah kisah cinta. Terserah kalian mau menganggap ini kisah cinta siapa, Mau menganggap kisah cinta sendiri? atau kisah cinta aku? teman? atau siapapun terserah. yang pasti beginilah kisahnya... Semua berawal dari kebersamaan yang tak disengaja. (Tokoh kita panggil saja "Aku"), iya aku dan dia dekat karena alasan yang sebenarnya bukan untuk memutuskan kedekatan menjadi sebuah ikatan. Tanpa sengaja kami berjalan berdanpingan dalam janji yang terucap semu, namun hal ini tidak berjalan lama. Karena genap 57 hari setelah janji terucap, kata perpisahan dipilih olehku karena semua tak sesuai dengan harapan. Dia asik dengan dunianya sendiri, belum mampu membagi waktunya bersamaku, padahal tak perlu banyak, hanay beberapa saat dalam sehari. Heran memang, sebagian orang mengatakan bahwa aku terlalu menuntut, tapi apa yang aku tuntut? A