Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

Hanya satu Permintaan

Rasanya ini bukanlah pertama kalinya aku berkata "Tuhan aku ingin melupakan semua tentangnya". Semakin sering aku berkata demikian, semakin sering pula aku kembali pada kenyataan "Aku masih mengharapkannya". Aku tidak ingin selalu menceritakannya. Namun, entah dari mana datangnya kisah yang selalu aku tutupi itu terbuka, terbongkar dan kembali meledak kepermukaan. Namamu, nama yang indah. Namun, saat aku membisikannya, aku akan kembali tersadar bahwa aku telah ditinggalkan. Mau bagaimana lagi, begitulah kenyataan yang selalu aku ingat. Aku berusaha berteman dengan hujan, agar saat aku menangis tak seorangpun tahu bahwa aku tengah menangis. Aku merasa terluka, meski sebenarnya kau tidak melukai aku sedikitpun. Aku, siapa aku? Apa hakku untuk menangisi kepergianmu, kamu bukan milikku bahkan dalam mimpi terindahkupun kau tak pernah jadi pendampingku. Aku berteman dengan malam, agar sunyi ini mulai terkikis oleh suara-suara jangkrik itu. Tapi apalah dayaku, datan

Tak Ingin yang Sempurna

Ada berapa orang yang bertanya "Seperti apa tipe pangeran impianmu Aulia?" Lalu aku menjawab: Aku tidak memiliki tipe khusus kecuali Dia mencintaiku tidak hanya lewat kata, namun lewat tingkah laku dan kesetiaan Dia yang tidak hanya memiliki satu porsi cinta untukku, tapi untuk keluargaku dan orang-orang terdekatku Tidak mengekang dan melarang mimpi-mimpiku, tetapi menjadi orang pengisi barisan terdepan mendukung dan membimbingku Tidak hanya memberiku hidup dengan janji, tapi dengan bukti Tidak hanya memiliki rencana, namun memiliki skema dan program pencapaian tidak harus seorang yang telah sukses, tapi ia yang mau berusaha, merintis, dan ikhlaskan aku mendampinginya demi menaiki tangga kesuksesan Tidak egois dengan hak yang dimiliki seorang pria, tapi ia yang legowo dengan kewajiban yang seharusnya diberikan pada seorang perempuan Aku ingin diistimewakan, aku ingin jadi kebanggaan Tidak terburu-buru kok, masih ada waktu dan yang palin penting, Tidak perlu yang
Kenapa harus keadaan seperti ini yang aku alami. Keadaan yang sama yang menimpa orangtuaku beberapa tahun itu. Kenapa keadaan yang paling aku benci dulu kini menerpaku. Meskipun saat ini aku memiliki uang, tidak akan cukup membalikkan semuanya. Kenapa aku selalai ini, kenapa semuanya selalu terbuka saat waktu sudah terdesak. Aku ingin kembali, tapi bagaimana. Menyesal ternyata tidak cukup, karena semua ini butuh penyelesaian bukan penyeselan. Aku harus bagaimana ya Allah. setelah selesai yang satu, maka datang yang lainnya saling bersahutan. Aku terhimpit oleh jalan yang aku pilih sendiri. Jika yang ini selesai, maka aku yakin yang lain akan muncul kepermukaan. Aku ingin kembali, tapi itu tidak mungkin.