CERITA CINTA SHELY
“Bukan
laki-laki yang baik yang mengajakmu pacaran, namun Ia yang mengajakmu menikah
adalah laki-laki yang berhak diperhitungkan”- MRI
“Menurutmu, kisah cinta apa yang paling istimewa?”
Tanyaku pada Sherin, teman satu kelasku di kampus
“Mungkin kisah cinta antara Romeo dan Juliet” Begitu
jawabnya
“Ah… kalau kisah cinta seperti itu, menurutku
pembodohan bukan istimewa” kataku ketus
“Lha… kok pembodohonan, apanya yang disebut
pembodohan?” Tanya sahabatku heran
“Jelas, cerita itu adalah sebuah kebodohan, mana ada
orang yang rela yang mati bunuh diri karena kekasihnya telah mati lebih dulu”
“Itu namnaya Romantis Syila” Kata temanku geram
“Romantis apanya? Bayangkan kalau hal itu dijadikan
panutan oleh remaja-remaja tanggung di neagara kita, setiap hari akan lebih
dari sepuluh kasus bunuh diri karena patah hati” Jawabku tidak kalah ketus
“ah memang sulit berbicara dengan perempuan jomblo
seumur hidup kayak kamu, makanya sekali-kali kamu nyari pacar supaya kamu
ngerasain manisnya cinta seakan dunia milik berdua” Katanya sambil senyum sinis
ke arahku
“Apa? Jadi maksudmu aku Jomblo seumur hidup? Enak
saja. Lagi pula aku jomblo buka karena aku gak lauku, tapi…”
Ttapi apa?” Potong temanku, “ Tapi tidak ada yang
mau mendekati kamu bukan? Hahahahah” Kata temanku sambil tertawa
“ Bukan begitu Sherin, tapi memang tidak ada pria
yang jentel dan pantas aku buat menjadi kekasihku” Bela ku
“Oh begitu, kalau Irsyad? Apa dia termasuk lelaki
yang kurang pantas juga syila?” Tanya temanku dengan nada menyindir
“Kalau dia sih……”
“Kalau dia kenapa?”
Aku bingung menjelaskan bagaimana pandanganku
terhadap Irsyad. Dia lelaki biasa dan tidak cukup terkenal di kampusku. Dia
juga tidak tampan, namun bagiku Dia cukup istimewa. Ah apa sih Shely, kenapa
kamu jadi memikirkan dia begitu.
“Shely!!!” Teriak Sherin mengagetkanku
“Eh iya apa?” Jawabku kaget
“Malah bengong, pertanyaanku kok gak di jawab?”
“ Pertanyaan yang mana?” Aku bingung
“ Itu, yang tadi memangnya Irsyad tidak sama dengan
lelaki lain pada umumnya?” katanya, “ Lagipula kamu barusan ngelamunin apa sih?
Jangan-jangan kamu ngelamunin Irsyad ya? Ayo ngaku” Selidik Sherin sambil
ketawa
“ Apa sih Sherin, Enggak kok”
“ Ah, kamu jangan Bohong, kalau Ia juga gak papa
kali Shel”
“ Tapi kan aku enggak ngelamunin dia” Kataku
berbohong, padahal dalam hati aku mengamini apa yang dituduhkan dia padaku
“ Ah kamu gak bisa bohong sama aku Shel, ayo ngaku”
“ Udah ah, itu Pak Rama sudah masuk” Kataku
mengalihkan perhatian sherin.
Sherin adalah sahabatku sejak kami pertama kali
duduk di bangku kuliah. Aku mengenalnya secara tidak sengaja saat kami satu
kelompok di Ospek Fakultas. Karena kami ternyata satu jurusan, jadi kami merasa
cocok dan dekat hingga saat ini.
Mata kuliah pertama akhirnya selesai.
“Shel, kamu sudah sarapan belum?” Tanya sherin,
maklum mata kuliah tadi dimulai pukul 7,30 jadi hampir seluruh mahasiswa belum
sempat sarapan di rumah. Ya kecuali aku, aku selalu menyempatkan diri untuk
sarapan di kontrakanku.
“Sudah sher, kenapa memangnya?”
“ Aku kira belum, aku mau ngajak kamu sarapan
tadinya?”
“ Ya, maaf yah. Aku harus bertemu dengan ka Syfha,
ada bimbingan hari ini” Jawabku sedikit menyesal
“Baiklah tidak apa-apa, ya sudah aku sarapan sendiri
saja” Jawabnya sembari berlalu.
Setelah sepeninggalnya Sherin, aku pun segera
berjalan menuju sekertarian Rohis kampus. Hari ini aku ada janjian berdiskusi
dengan seniorku kak Syfha mengenai pacaran. Ya pacaran, fenoma yang selalu jadi
batu sandungan bagi kami para remaja yang belum memiliki pasangan hidup. Huhuhu
“Assalamualikum kakak” Sapaku pada gadis cantik yang
tengah duduk bersimpuh di salah satu sudut ruangan sekertariat itu.
“Waalaikumsalam ukhti, ayo masuk” Jawabnya ramah.
Begitulah kak Syfha, selalu menjawab dengan ramah dan penuh dengan senyuman.
“Iya kak, Terima kasih” Jawabku sembari duduk di
depannya
“Apa yang ingin kamu diskusikan Ukhti?” Tanyanya
lembut
“ Hmm anu kak, masalah tentang pacaran, boleh?” Tanyaku
ragu-ragu
“Tentang pacaran? Tentu boleh Shely, memangnya
kenapa dengan pacaran?”
“ Anu kak, yang aku tahu islam sangat melarang apa
yang namanya pacaran, begitu bukan?”
“Iya benar Shely, karena pacaran adalah jalan yang
paling dekat menuju proses mendekati Zina”
“ Begitu ya kak, tapi bukankah semua itu dapat
dihindari tergantung pada bagaimana kita menghadapinya?, lagi pula kak, kalau
menurut aku, jika kita bertahan sekuat tenaga untuk tidak melakukan hal-hal
tercela itu”
“Astagpirloh ukhti, Allah tahu seberapa jauh Umatnya
dapat mnahan diri, Ingat Ukhti kejahatan terjadi bukan karena adanya pelaku,
tapi karena adanya kesempatan” Kata Kak Syfha sembari mengelus dada
“Begitukah Kak, berarti selama ini penilaian saya
sangat salah?”
“Tidak sepenuhnya salah ukhti, namun kurang tepat.
Lagipula jika kita telah merasa siap untuk mencintai dan dicintai namun
waktunya belum tepat, maka dekatlah diri pada sang mapha pemilik cinta. Karena
Dialah yang berhak dan akan mengantarkan cinta kita pada pelabuhan yang tepat”
“ Baiklah kak. Sekaramh aku mulai paham, terima
kasih kak”
“ Oh ya, Shely, maafkan saya yah mungkin obrolannya
dicukupkan dulu, saya ada kelas sekarang” katanya masih dengan suara lembut.
“Baik kak, silahkan. Terima kasih sudah meluangkan
waktu kak Syfha” kataku dengan senyum
“ Ia sama-sama Ukhti, senang bisa berbagi denganmu,
ya Sudah saya pergi Dulu Assalamualiku”
Kata kak Syfha sembari berlalu
Tinggallah aku sendiri merenungi semuanya, pacaran
menjadi sebuah realitas sosial yang sangat memprihatinkan. Ia pacaran menjadi
tren yang sangat wajib dilaksanakan bagi sebagian remaja dan muda mudi di masa
kini. Jika tidak punya pacar maka disebut ketinggalan jaman. Begitupun dengan
aku pada awalnya, namun sekarang pandanganku telah berubah. Bagiku pacaran
tidak lebih penting dari perbaikan diri menjemput cinta yang sesungguhnya,
yaitu cinta calon pendamping hidup kita pada saat yang tepat nanti.
Setelah lama termenung akhirnya aku memutuskan untuk
menghampiri Sherin yang berada di kantin kampus.
“Shely sini!” Teriak serin dari sebuah meja
“Oke” Kataku sembari mengampirinya
“Eh kamu tahu gak, tadi ada yang nanyain kamu?”
“oh ya, Siapa?” Kataku penasaran
“Ah untuk lebih jelas siapa, ni dia menitipkan surat
buat kamu”
“Surat?”
“Iya ini” Katanya sambil menyerahkan sepucuk surat,
“ Kuno ya, tapi So sweet sih” Katanya
sambil tertawa
Karena penasaran aku pun segera membuka surat
tersebut. Tulisan tangan yang rapi, isi suratnya berbunyi
Assalamualaikum ukhti,
ukhti
Aku belajar berjalan,
untuk datang kepadamu
aku belajar berbicara
untuk berbicara denganmu
aku menyukai bunga
untuk memberikannya kepadamu
aku mencintaimu,
untuk mencintai kehidupanku
bahagia denganmu
Namun semua ini hanya sebuah
harapan semu shely, aku tidak dapat menjadikanmu kekasihku kali ini. Aku
mencintaimu, dan Ingin selalu mencintaimu. Tapi bukan sekarang, Aku akan
membangun sesuatu hal yang dapat aku persembahkan padamu. Maafkan aku, aku malu
pada diriku dan Tuhanku. Aku malu karena aku menyatakan cinta padahal keadaanku
belum memadai untuk itu.
Ukhti, terima kasih telah membaca
suratku. Semoga Allah menunjukkan jalan
kepadaku untuk dapat menemui nanti, dan semoga aku pantas untuk menjadi
jodohmu nanti. Bukankah berharap bukan perbuatan dosa?
Kalau iya, mungkin aku melakukan
ini agar aku tidak selalu terbayang akan dirimu. Aku malu pada diriku dan
agamaku. Maafkan aku
Lelaki fana
Irsyad Maulana
Rizwan
Aku
sangat terpana membaca isi surat itu, dan tanpa aku sadari air mata mulai
melelh.
“Kamu
kenapa shel? Dia nembak kamu yah? Cie gak jomblo lagi dong?”
“Tidak,
dia tidak nembak aku. Lagi pula aku gak akan pacaran lagi sampai aku
benar-benar siap menikah” Jawabku tegas
“Kamu
yakin dengan omongan kamu shel?” Tanya temanku heran
“Iya,
aku yakin. Insya Allah” Jawabku mantap
Sherin
bingung. Namun, dia memilih diam. Ya Allah, aku tidak mengarapkan dia atu
siapapun yang menjadi jodohku, yang menjadi eman hidupku. Namun yang aku
harapakan adalah lelaki terbaik, yang dapat membimbingku agar tetap selalu
dalam jalan cintamu. Amin
Jatinangor, 23 Desember 2014
Terima kasih kepada Muhammad Rifqi karena telah
memberikan Insfirasi dan puisinya J
Komentar
Posting Komentar