SEBERAPA PANTAS

oleh. Siti Aulia (Anastasya Aulia)

"Ribuan hari aku menunggu, jutaan lagu tercipta untukmu, apakah kau akan terus begini, masih adakah celah dihatimu untuk aku singgahi" - SO7


     Malam terasa sepi, tidak acara atau jadwal kegiatan yang menyebabkanku untuk tertahan di kampus hari ini. Sejak pukul 5 sore aku sudah berada di kontrakanku tersayang. mengisi waktu luang, aku membuka-buka akun Facebook. Saat ini aku kembali teringat akan kata-kata kakak seniorku kemarin siang. 
    "Kamu tidak memendamnya sendirian Kiran, karena Dia pun memiliki perasaan yang sama" Begitu kata ka Indri keadaku. 
    Ia bilang kemarin bertemu dengan sosok yang belakangan ini aku kagumi, namanya Anjar Sopiyan. Anjar adalah teman satu nagkatanku di kampus, nmaun kami berbeda jurusan. Mungkin terasa aneh, bagaimana aku bisa mengagumi sosoknya sedangkan aku dan dia berbeda jurusan, tidak hanya itu bahkan kami saling kenal pun hanya sebatas nama, dan jarang sekali berjumpa, apalagi harus bertegur sapa dan mengobrol. Namun, menurutku itulah uniknya cinta. Kak Indri bilang saat bertemu kemarin Ia sempat mengobrol dengan Anjar, maklumlah kak Indri memang cukup dekat dengan Anjar karena pernah satu Organisasi dengannya di kampus. 
    "Anjar... kalau ada yang suka sama kamu bagaimana responmu?" begitulah kurang lebih pertanyaan kak Indri pada Anjar sesuai dengan yang diceritakan teh Indri kepadaku kemarin.
       "Ah... memangnya siapa yang suka sama orang kayak aku Teh?" Begitu jawab Anjar
      "Eh.. ya pasti ada atuh. Buktinya sekarang-sekarang ada yang diam-diam kagum sama kamu" 
      "Oh ya... Siapa memangnya Teh?"
     "Ah ada pokoknya, jawab dulu pertanyaan teteh yang tadi"
     " Ya tergantung teh, kalau Anjar juga suka, yah berarti Anjar tanggepin"
     "Bener ni, kalau kayak gitu entar teteh bantu Anjar deket sama dia, orangnya baik ko"
     "Memangnya Siapa teh? Apa Anjar kenal?" 
     " Hmm kayaknya bakalan kenal deh, Namanya Kirana Sastra Indonesia 2013"
     " Hah... maksud teteh Kiran yang pernah ikut stuban ke Solo itu teh?"
     "Iya... itu kamu masih inget. Gimana mau gak teteh deketin sama dia?"
   "Ah... gimana ya teh. Jujur kalau sama Dia Anjar udah suka sejak kegiatan kampus yang di Sumedang waktu itu, yang sekolah legislatif teh"
     "Wah... lama banget. Gampang atuh yah kalau gitu. Kalian ternyata udah saling suka sejak lama"
    Begitulah kurang lebih cerita dari Kak Indri, sejak waktu itu aku jadi kepikiran benar atau tidak apa yang dikatakan oleh Kak Indri tersebut. Kebetulan sore ini sosok yang sudah lama aku kagumi itu sedang aktif di facebook. Aku menimbang-nimbang untuk mengirim pesan kepadanya dan menanyakan apa yang dikatakan Kak Indri itu benar atau tidak. Aku ragu, namun akhirnya aku memutuskan kebenarian dengan Konsekuensi menanggung malu kalau apa yang diceritakan Teh Indri itu bohong. 

   "Assalamualaikum, Anjar. Apa kabar?" Begitu isi pesan yang aku kirimkan. Lama tidak mendapat respon, Aku kira dia tidak akan membalas. Hingga akhirnya perkiraanku ternyata salah. Anjar membalas pesan dariku.
"Waalaikumsalam, baik Kiran. Kiran sendiri apa kabar?" begitu balasnya
"Baik juga Anjar, Oh ya aku boleh nanya sesuatu gak?"
"Boleh, memangnya bertanya soal apa?"
"Hmm... Kemarin kamu mengobrol dengan Kak Indri ya?"
Lama sekali pesanku tidak dibalas, bahkan hanya dibaca. Aku sempat berpikir mungkin Dia malas untuk melanjutkan percakapan lewat dunia maya ini. Aku pun tidak terlalu banyak berharap. hingga akhirnya azan magrib berkumandang dan aku memutuskan untuk menonaktifkan Akunku dan bergegas sholat Magrib. 
Setelah selesai sholat magrib, aku bergabung dengan kakak dan sepupuku untuk menonton TV di ruang tengah. Rumah kontrakanku ini cukup besar, denag dua kamar tidur, satu kamar mandi, satu dapur, ruang tamu, dan ruang tengah yang dapat dijadikan ruang nonton TV dan bahkan aku jadikan jadi tempat favoritku untuk membaca buku karena tempatntya lebih adem dari ruang lain di sini.
Tidak lama adzan isya berkumandang dan kami bergegas melaksanakan sholat berjamaah dengan sepupu ku menjadi Imamnya. Sepupuku ini adalah laki-laki, Ia mahasiswa kehutanan tingkat satu. 
Setelah selesai sholat, aku mengecek Handphoneku. Ada satu pesan tertera di sana. Heran kenapa ada yang meng SMS malam-malam begini. Karena sejak aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Satria dua Minggu lalu, jarang sekali ada yang menghubungiku. 
"Hai, kok gak on lagi fb nya?" begitu bunyi pesan tersebut. Namun, aku tidak mengenali nomernya. 
"Maaf ini dengan siapa?" Aku membalasnya
"Oh iya maaf, ini aku Anjar yang tadi kamu chat di fb" begitu bunyi balasan dari Anjar. Hah Anjar, darimana dia mendapatkan nomer kontakku. 
"Oh Anjar, darimana kamu tahu no hangphoneku?" begitu bunyi balasan dariku. Aku gugup dan senang karena dia meng SMS ku terlebih dahulu.
"Dari teh Indri, maaf yah tadi aku meminta izin ke kamu lewat fb, tapi kamu tidak on lagi, jadi aku nekad mengirim pesan ke kamu dengan meminta nomer kamu ke teh Indri" 
"Oh iya tidak apa-apa kok Anjar" Sesaat setelah aku tekan tombol kirim, langsung ada peringatan gagal terkirim. Oh tuhan ternyata pulsaku habis. Kesal sekali dalam keadaan seperti ini, pulsa pun tidak mendukung. Mau kemabli on fb, Laptopnya sedang digunakan oleh kakak ku. Ingin nangis rasanya, namun apa gunanya. setelah beberapa lama satu pesan kembali masuk ke Handphoneku. masih dari Anjar.
"Koq gak dibales lagi Kiran?"
"Maafkan aku Anjar" Ucapku dalam hati. Aku pun terlelap dengan penyesalan yang sangat dalam.
*** 
Besoknya aku bertemu dengan Anjar, suatu kebetulan yang memang direncanakan. kenapa bisa begitu, ini karena kelakuan iseng sahabat-sahabatku. Pagi hari saat sebelum mata kuliah berlangsung, aku menceritakan kejadia semalam kepada teman-temanku. Mereka menagnggapi dengan tawa dan cemooh mereka. Tapi tidak apa-apa, aku tahu mereka bercanda. Saat mata kuliah itu selesai, aku ada pertemuan dengan komunitas teaterku. Sahabat-sahabat bergegas ke kantin kampus, mereka mengajak tapi ya taulah aku tidak bisa ikut.
Beberapa saat kemudian, Nadya menelponku. 
"Kiran! kesini cepetan" katanya di ujung telpon
"Ada apa emang, ntar deh pertemuannya belum mulai ini"
"Ih cepetan, sebentar kok. Penting banget ini"
"Memangnya ada apa sih?"
"Iya pokoknya penting, kesini dulu makanya"
Akhirnya akupun menyerah, dan memutuskan menemui mereka terlebih dulu. lagipula pertemuannya belum tentu dimulai kapan. 
"Hmm,, baiklah"
Setelah mematikan telpon, Aku bergegas menemui mereka. Samapi di kantin aku segera menghampiri meja mereka.
"Ada apa sih?" Tanyaku heran
"Ini, tadi kan kamu nitip dompet kamu di aku" Kata risa yang duduk didepanku.
"Oh iya aku lupa, tapi kan ini bisa nanti. kalian ini bikin khwatir saja" kataku, Tiba-tiba ada seseorang yang memanggilku.
"Hai Kiran!!" 
Aku mencari sumber suara itu, dan ternyata itu Anjar. Ia sedang duduk dengan beberapa temannya di meja yang berada di samping kanan temaptku sekarang.
" Eh... Hai" Kataku gugup plus kaget. Aku langsung tahu maksud dari kawan-kawanku meyuruh aku untuk ke sini. Mereka memang sudah tahu aku suka Anjar sejak lama. 
" Cieee..." Kata Teman-temanku 
"Apa sih? kalian Iseng banget sumpah. Awas yah" Kataku mengancam mereka.
Tiba-tiba Anjar berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri mejaku.
"Kenapa semalam sms nya gak dibales lagi Kiran" katanya seraya duduk di sampingku
" Oh iya maaf, semalam pulsaku habis" kataku malu-malu. sedangkan teman-temanku cekikikan melihat ekspresiku. 
" Oh pantas saja" Katanya sembari senyum. Senyum yang menampakkan lesung pipi yang sangat indah. Tidak salah aku menyukainya sejak lama, Dia tampan dan menawan.
"Oh ya, aku harus pergi. Aku harus bergegas berangkat ke Tasikmalaya, maaf tidak dapat mengobrol lama" Katanya lagi. Aku mendengar nada penyesalan dari setiap kata-katanya.
"Hmm.. baiklah tidak apa-apa Masih ada waktu lain" Kataku tidak kalah kecewa.
" Dah... Sampai jumpa lain waktu". Katanya sembari berdiri dan melambaikan tangan.
" Dah...iya sampai jumpa kembali". Aku menyaksikannya melangkah keluar kantin kampus.
"Eh Kiran, kasih ini" kata Risa sembari menyodorkan sebuah permen Relaxa dengan tulisan Always for You di bagian belakang bungkusnya. 
"Hah... apa-apaan ini?" Tanyaku heran.
"Sudahlah, Ayo berikan keburu dia jauh" kata kawanku yang lain.
" Hemm,, baiklah" Aku beranjak dan bergegas berlari mengejar Anjar yang sudah lumayan jauh.
"Anjar tunggu!!!" Teriakku sambil berlari.
" Kiran, Ada apa?" tanyanya saat dia berbalik ke arahku.
"Tidak, ini kawan-kawanku yang iseng menyuruhku memberika ini padamu" Kataku sedikit malu, sembari meyodorkan permen tersebut." Buat bekal diperjalanan, kan lumayan" Kataku semakin malu.
"Oh.. terima kasih" Katanya, dan lagi-lagi dia tersenyum. Aku melayang Tuhan. " Hmm ada agi Kiran?" 
" Oh iya sama-sama, tidak ada. Hati-hati semoga selamat sampai tujuan" Kataku gugup. Aku yakin, saat ini mukaku pasti merah padam karena malu. Awas ya kalian yang telah mengerjai aku.
Aku pun kembali ke tempay di mana teman-temanku menunggu. 
" Puas hah kalian buat aku malu" Kataku dengan muka kesal karena  merasa dipermalukan.
" Ah jangan begitu, kamu senangkan? Kamu tidak bisa berbohong Kiran" kata Risa mengejek
" Hmm,, siapa yang senang dipermalukan?" Kataku dengan nada di buat sejengkel mungkin. Sebenarnya hati kecilku membenarkan perkataan Risa tadi, ya aku senang karena bisa mengobrol dengan Anjar, walaupun hanya beberapa menit saja. 
"Ah... kesal tapi kok matanya berbinar-binar gitu hahahahah" kata Nadya, disambut derai tawa dari kawan-kawanku yang lain.
Aku menanggapinya dengan muka kesal, tapi aku bukan kesal pada mereka. Aku kesal pada diriku sendiri karena tidak dapat menyembunyikan rasa ini.
" Ya sudah, mending kita masuk kelas. udah telat ni" kata Nadya menengahi.
Kami pun bergegas ke kelas. Aku tidak jadi ikut berkumpul dengan komunitasku karena jam kuliha sudah akan dimulai.

***
Jum'at pagi aku sudah berada di kampus. Karena hari ini ada jam mata kuliah setengah delapan. Ternyata pada mata kuliah ini, kelompokku belum presentasi jadinya, aku dan timku harus melakukannya sekarang.
Saat aku akan maju ke depan kelas, satu pesan masuk ke ponselku. isinya :
" Hanya matahari, sumber kehangatan yang dapat memeluk seluruh manusia di bumi// hanya air yang dapat memuaskan dahaga seluruh mahluk hidup dijagat raya// dan hanya Kamu lah yang dapat menanan rindu dalam hatiku// aku mempelajari semua Ilmu pengetahuan dan keterampilan adalah untuk dapat hidup berbahagia dan membahagiakanmu// Semoga harimu menyenangkan//"
Sms yang sangat menawan, dari orang yang sangat menawan pula. Anjar, Iya sms ini dari dia. Tuhan ini bukan mimpikan. Lagi-lagi aku melayang, Aku bahagia tuhan.
 
***
Aku dan Anjar semakin dekat setiap harinya, hampir setiap saat dia mengirim pesan kepadaku. Aku bahagia, sangat bahagia. Teman-teman dekatku bilang mereka iri kepadaku karena aku dapat mendapatkan pengeran Impianku. Tapi, itu hanya berlangsung di minggu pertama kita mulai dekat. 
Saat ini, sudah minggu ke-3, dan kalian tahu apa yang terjadi dengan kedekatanku dan Anjar? Bungayang kami tanam layu sebelum berkembang. Belum sempat dia mengatakan kata cinta dan memintaku menjadi kekasihnya, Dia mundur dengan mendadak. dia menjauh, dan semua kata-kata dan perhatiannya menhilang tanpa meninggalkan bekas. 
 Aku terluka, aku sakit. Aku memberanikan diri menyakan hal ini kepadanya. Aku bilang apakah aku memiliki kesalahan kepadanya? atau aku telah menyinggungnya.
Namun dia hanya menjawab " Aku bukan laki-laki baik-baik kiran, dan laki-laki baik-baik tidak akan membuat kesan indah sebelum dia siap untuk bersanding denganmu dalam ikatan suci. Aku belum pantas Kiran, dan aku kira kita bertema saja, Aku tidak bisa menjadikanmu kekasihku saat ini, Keluarga dan Ajaran agama kita melarang kita untuk berpacaran bukan? Aku tidak ingin melanggar peraturan ini. Maafkan aku Kiran, semoga kamu tidak terluka karena ini, Maafkan aku karena sikapku kemarin-kemarin. Aku bingung Kiran, dan Aku kira, aku dan kamu sebaiknya hanya menjadi teman. Semoga semua ini tidak mengurangi silaturahmi kita ya"
Tuhan... kata-kata yang dia ucapkan tidak ada sedikitpun yang kasar atau menyinggung hatiku. Namun, entah kenapa aku merasa sangat terpukul. aku terluka tuhan. Bahkan laki-laki sebaik Anjar pun dapat membuatku menangis. Apakah aku memang tidak pantas untuk mendapatkan Laki-laki baik seperti dia Tuhan? Aku menagis, aku terluka.
setelah kejadian itu, aku merasa hari-hariku tidak lagi berwarna. Aku kehilangan satu alasan untukku selalu tertawa dan bahagia. Aku merasa yang tersisa hanya penyesalan, kenapa aku telah menaruh harapan begitu dalam padanya. Hingga suatu saat aku bertemu dengan seseorang, dan dia berkata "Tenanglah Kinan, segala sesuatu akan indah pada waktunya. Daripada kita terus terpuruk memikirkan bagaimana memilikinya, mending kita berusaha memantaskan kita untuk bersanding dengannya. Ingatlah seberapa pantaskah kita untuk mendampinginya, seberapa pantaskah kita untuk dia banggakan? Apakah kita akan kuat menghadapi kehidupan dengannya? Belajarlah dan Pantaskah dirimu, karena jika Ia memang jodohmu maka Ia akan datang padamu di saat yang tepat. Namun, jika dia bukan jodohmu bersyabarlah, karena Penciptamu, pencipta kita, Allah swt lebih tahu apa yang terbaik untuk kita"
Mendengarnya aku kembali menangis, namun tangis yang ini benar-benar berbeda. Aku mensngis karena menyadari kebodohanku. Iya mulai saat ini aku harus belajar lebih baik, belajar memantaskan diri untuk mendapatkan kekasih sejati yang baik, sebaik Anjar. Kini aku harus berpikir Seberapa Pantaskah aku? Angin tidak akan menggoyangkan pohon jika ia tidak memperhitungkan kekuatan pohon itu dan aku tidak akan dapat bersanding dengannya, jika aku tidak memperhitungkan seberapa pantaskah aku untuknya.


---------------Selesai
Jatinangor, 29 Desember 2014

#Saat Senja Cinta
Aku selalu merindukanmu dan aku menulis ini untuk mewakili rasa rinduku padamu
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ku temukan Kembali #1

Kekagumanku akan Dirimu adalah Inspirasiku,

Hai, aku kembali ....